Pada sepenggal video parenting yang pernah saya tonton, ada satu sesi dimana trainer dalam video tersebut berkata seperti ini, “Ciptakanlah momen yang indah untuk anak setiap hari. Semenjak anak bangun tidur, agar ia bahagia sepanjang hari.”. Menurut sang trainer, ketika anak bangun tidur idealnya orangtua tidak sibuk sendiri dengan urusan rumah tangga atau urusan domestik lainnya. Fokus saja pada anak, menyapanya, menemaninya bermain sejenak, menyelesaikan urusannya hingga mandi dan makan pagi. Urusan orang tua sebaiknya diselesaikan sebelum anak bangun, atau sesudah anak sarapan. Sarapan pun cukup yang simple – simple saja, seperti sereal atau setangkup roti isi. Katanya lagi, ketika anak terbangun dengan hati yang bahagia, maka anak akan cenderung lebih tenang dan tidak rewel sepanjang hari.
Dahi saya berkerut 100 lipatan saat itu. Setuju, tapi juga tidak setuju. Kondisi ideal seperti yang disarankan trainer tersebut rasanya baru bisa tercapai jika ada Assisten Rumah Tangga (ART) yang membantu. Padahal tak semua rumah tangga memiliki kemampuan menggunakan jasa ART di rumahnya.
Namun saya sepakat dengan satu hal. Sesibuk apapun orangtua, usahakanlah untuk selalu meluangkan waktu dan menciptakan momen yang indah dan berharga untuk anak – anak kita. Terutama ketika anak sedang dalam masa – masa emas atau golden age. Dimana pada masa ini, anak butuh mendapatkan banyak gizi, stimulus, dorongan, kesempatan dan kebebasan agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Karena pertumbuhan dasar anak pada masa ini akan sangat berpengaruh pada tahap perkembangan selanjutnya.
Berhubung setiap keluarga memiliki situasi yang berbeda satu sama lain, maka setiap keluarga tentunya memiliki caranya sendiri untuk menciptakan momen berharganya dengan si kecil.
Saya sendiri sebenarnya memiliki banyak kesempatan untuk menciptakan momen berharga dengan anak. Karena aktivitas sehari – hari banyak dihabiskan dirumah bersama anak. Namun salah satu problem yang sering dihadapi oleh para ibu rumah tangga seperti saya adalah, seringkali kami ini merasa keteteran dengan berbagai macam urusan rumah tangga yang sekian banyaknya, sementara anak juga minta perhatian ibunya. Terkadang akhirnya kita membuat solusi dengan menyetelkan televisi, atau memberinya permainan gadget/games. Sehingga perhatian mereka teralihkan, dan kita bisa segera menyelesaikan pekerjaan rumah tangga tanpa gangguan atau rengekan si kecil.
Hingga kemudian saya mempelajari, bahwa sembari kita melakukan pekerjaan rumah tangga, sesungguhnya ada celah untuk menciptakan momen berharga dengan anak. Yaitu dengan mengajaknya berkegiatan bersama. Inilah yang sedang saya terapkan pada putri kedua saya, Aruna. Apalagi ketika kakaknya mulai bersekolah, Aruna ini selalu menempel kemanapun mamanya pergi.
Sebenarnya saya juga sudah menerapkan pola asuh seperti ini terhadap si sulung Kirana. Selain itu, saya juga selalu membebaskannya bereksplorasi di dalam rumah. Mengikuti keinginannya untuk naik tangga, memanjat teralis dengan pengawasan, mengoprek dan mempreteli mobil - mobilannya, dan sebagainya. . Hasilnya terasa saat Kirana mulai masuk sekolah. Hasil observasi dari pihak sekolah menyebutkan bahwa perkembangan motorik Kirana cukup bagus dan sesuai tahapan usianya.
![]() |
Kirana 1y, mencuci baju |
![]() |
Kirana 1y, menyiram tanaman |
![]() |
Kirana 1y, memporak porandakan isi lemari |
![]() |
Kirana 1y, bermain panjat teralis |
Stimulasi Motorik Halus dan Kasar Lewat Kegiatan Sehari - hari
Di tengah - tengah kesibukan saya dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, sebisa mungkin saya mengajak Aruna berkegiatan bersama. Memberikan stimulasi – stimulasi lewat pekerjaan rumah tangga bersama pada anak tidak hanya menciptakan bonding antara orang tua dan anak. Stimulasi – stimulasi semacam ini meskipun terlihat sederhana namun ternyata sangat baik untuk perkembangan motorik kasar dan halus. Terutama motorik halus, karena pekerjaan – pekerjaan yang saya berikan untuk Aruna umumnya melibatkan otot – otot kecil yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan.
Contoh kegiatannya antara lain :
- Mencuci pakaian. Dengan sub kegiatan : menuang deterjen cair dari tutup botol ke dalam tabung, menambahkan garam ke cucian, memencet tombol mesin cuci dengan arahan, dan membuka keran air.
Aruna, mengoperasikan mesin cuci - Menanak nasi. Dengan sub kegiatan : Meraup beras ke dalam gelas, menuang beras di gelas ke dalam panic ricecooker, menuang air ke dalam beras yang hendak dimasak, mencuci beras dengan diremas – remas, dan memencet tombol power.
Aruna, membantu mama mencuci beras - Mengupas bawang.
- Pekerjaan yang ada aktivitas menuang, menjumput atau mengaduk. Seperti membuat pancake, membuat jus, membuat puding, membuat telur dadar, dan lain lain.
Aruna, mengaduk adonan bakwan - Dan aktivitas lainnya.
Ada kalanya ketika saya sedang sibuk dengan pekerjaan rumah tangga, Aruna hanya ingin bermain sendiri atau bermain dengan kucingnya di halaman belakang. Terkadang juga ia merasa kesulitan dengan aktivitas yang saya berikan sehingga langsung pergi begitu saja. Tidak masalah. Let’s follow the child. Ikuti kemauan dan ketertarikan si kecil, dan jadikan kemauannya itu sebagai pedoman untuk membimbing. Dari sanalah sebenarnya kita bisa mengetahui, sebenarnya anak kita ini punya minat apa sih?
Tak melulu mengajaknya berkegiatan bersama. Diluar itu saya juga memberikan stimulus motorik halus, dalam bentuk permainan yang umumnya disukai anak – anak. Misalnya dengan bermain playdough, meremas kertas menjadi bola – bola, bermain kinetic sand, hingga mewarnai gambar.
Selain motorik halus, tentunya kita juga perlu turut mengembangkan kemampuan motorik kasar anak. Saya sendiri lebih suka mengajak anak – anak bermain diluar atau ke playground untuk mengasah kemampuan motorik kasar mereka. Selama ini, setiap sore hari jika cuaca sedang cerah, saya selalu mengajak anak – anak bermain di luar. Kebetulan Kira dan Una punya teman akrab yang sama – sama suka bermain di luar di sore hari. Jadi yang saya lakukan adalah membebaskan Kira dan Una bermain dengan teman mereka, Momo dan Naira. Biasanya mereka bermain bola, bersepeda, petak umpet, kejar – kejaran, dan lain – lain. Tentunya saya tetap berada di dekat mereka agar dapat mengawasi. Karena permainan seperti ini seringkali membuat anak yang cengeng mudah menangis, dan membuat anak yang keras kepala tidak mau kalah, sehingga saya tetap hadir di sekitar mereka sebagai wasit, hehehe. Meskipun kehadiran Aruna hanya sebagai penggembira saja, namun kegiatan outdoor seperti ini tetap baik untuk perkembangan motoriknya.
Satu hal yang harus diperhatikan orangtua dalam perkembangan motorik anak adalah, stimulasi yang diberikan sebaiknya disesuaikan dengan tahapan usianya. Tidak terlalu sulit juga tidak terlalu mudah, yang menyebabkan anak justru enggan belajar. Oleh karena itu, setiap orangtua sebaiknya mengetahui indicator – indicator perkembangan anak di setiap usia, agar dapat membandingkannya dengan perkembangannya saat ini.
![]() |
Indicator perkembangan mototrik anak / dok. pribadi |
Aruna sendiri di usianya yang saat ini menginjak 3 tahun 4 bulan, bisa dikatakan tahap perkembangan motoriknya sebagian besar sudah sesuai dengan tahapan usianya. Namun ada beberapa hal yang masih dalam tahap berkembang seperti aktivitas meronce dan menjahit. Mungkin bukannya tidak mampu, hanya saja Aruna tidak suka dengan kegiatan yang membutuhkan ketelatenan seperti ini sehingga seringnya ia enggan melakukannya. Untuk motorik kasarnya, PR besar bagi Aruna adalah mengayuh sepeda roda 4 karena hingga saat ini ia masih belum mau bersepeda sendiri. Entah kenapa mental Aruna untuk bermain sepeda tidak sebesar badannya. Setiap diajak berkeliling sepeda ia selalu menjerit – jerit minta turun. Kakinya hanya diam dan tidak mau mengayuh saat saya bantu menarik sepedanya dengan tali. Berbeda sekali dengan kakaknya yang sudah mahir bersepeda roda 4 saat sudah berusia 3 tahun. Ya, memang kemampuan dan kesukaan anak – anak berbeda satu sama lain. Namun bersepeda adalah kemampuan dasar yang menurut saya harus dimiliki anak karena hal ini berkaitan dengan perkembangan motorik kasarnya di masa mendatang. Tapi saya tidak akan menyerah dan akan terus mengajak Aruna bermain sepeda setiap hari.
![]() |
Aruna, kalau naik sepeda masih harus ditarik |
Dan yang mesti diingat oleh kita para orangtua adalah, ketika kita sedang beraktivitas bersama anak, berusahalah untuk selalu menghadirkan diri kita sepenuhnya. Bukan hanya sekedar hadir. Agar momen – momen ini terekam di ingatan si kecil sebagai momen yang berharga.
Salam ^_^.
Comments
Post a Comment