Skip to main content

Membangun Komunikasi dengan Anak

Suamiku sedang asyik menikmati snack bermicinnya di kamar ketika kedua anak kami bangun tidur dan berlari - lari mendekatinya untuk nonton video Baby Shark yang sedang viral. Kaget dengan kehadiran putrinya yang tiba - tiba, suamiku langsung cepat - cepat menyembunyikan snacknya di balik bantal, berharap tidak ketahuan.

"Itu apa ayah? Jajan ya? Kira mauu.", ujar putri sulungku.
"Maap kakak, ini jajannya orang dewasa, kakak kalo mau jajan minta ke mamah ya.", sahut suamiku.

Mulut Kira langsung mecucu tanda mengambek. Adiknya yang masih 2 tahun ikut - ikutan ngambek meski tak paham apa perkaranya. Tapi suamiku langsung sigap mengalihkan perhatian mereka dengan mengajak nonton video.

Seperti biasa aku sedang didapur mempersiapkan sarapan. Sudah jadi peraturan tak tertulis, jika aku sedang sibuk dengan pekerjaan rumah tangga, suamilah yang bertugas mengasuh anak - anak. Dan biasanya, suamiku suka mengajak anak - anak main diluar untuk jalan - jalan atau main bola, sambil menunggu masakanku matang.

"Kiraa, ayo main bola.", kata suamiku sambil membuka pintu rumah dan menggendong si bungsu keluar rumah.
"Ayah duluan aja, Kira mau ambil jaket.", kata Kirana sambil menutup pintu kamar diikuti suara 'ceklek' tanda kunci kamar diputar.

Lah, ngapain kunci pintu. Padahal Kira mah biasanya kalo pintu rumah kebuka udah langsung ngeloyor aja. Tumben - tumbenan pake jaket segala. Batinku. Namun tak berapa lama kemudian ia membuka kamarnya dan berlari keluar mencari ayah dan adiknya.

Kurang lebih 30 menit, suami dan 2 putriku kembali ke rumah. Suamiku dengan wajah kelaparannya bergerak menuju meja makan diikuti si kecil Aruna. Lagi - lagi Kirana "hidden mode" lalu terdengar suara bantingan pintu. Aku yang penasaran segera mengejarnya dan mencoba membuka pintu meski hasilnya nihil. Pintu sudah terlanjur dikunci dari dalam.

"Kakak, ngapain? Ayo makan dulu sini.", teriakku sambil mengetuk ngetuk pintu.

Namun tak ada sahutan. Kugedor - gedor lagi pintu kamarnya berharap Kira segera keluar. Dan ia hanya menjawab singkat dari dalam.

"Iya ma."

Kugedor - gedor lagi pintunya, dan tak berapa lama Kirana membuka pintu kamar lalu berlari ke teras belakang.

"Kira makannya nanti aja, mau main masak - masakan dulu. Ayo Una kita main yuk.", kata Kira sambil menggandeng tangan adiknya.

Aku masih mengernyit tanda tak paham. Lalu suamiku memanggil dari dalam kamar dan menunjukkan sesuatu yang menjelaskan kebingunganku. Yaitu, remah - remah snack bermicin suamiku yang tercecer di balik pintu. Seketika aku dan suami cekikikan berdua, mengetahui ulah Kirana itu. Lucu ya.

Aku ke belakang senyum - senyum sendiri sambil memperhatikan Kirana yang lagi asyik main. Wajahnya biasa saja, tak ada tanda - tanda menyembunyikan sesuatu. Sesaat kemudian aku merasa..deg. Ya ampun, anakku sudah ngajak kucing - kucingan.

Aku membayangkan jika usianya belasan dan bertingkah seperti ini. Rasanya jadi tidak lucu lagi. Apa nanti yang harus kulakukan jika bertahun tahun mendatang menghadapi situasi yang sama lagi seperti ini. Bagaimana jika nanti yang disembunyikan anakku bukan makanan lagi?

Kudekati Kirana dan bertanya dengan hati - hati.
"Kakak tadi di kamar ngapain kunci pintu?", tanyaku.
"Cuman taruh jaket aja kok.", jawabnya.

Terus terang aku sedih dengan jawabannya. Masih kecil kok sudah bohong nak. Padahal inginku Kirana berkata jujur dan bisa bercerita apa saja padaku.

"Kakak, lain kali kalo mau jajannya ayah bilang mamah ya. Nanti mamah bagi kok, jangan ngumpet - ngumpet kayak tadi ya. Mamah kan sedih. Pokoknya kalo ada apa - apa bilang ke mamah ya. Kalo ada temennya yang nakal di sekolah bilang juga ke mamah. Ya kak?".

Kirana langsung memandangku sambil memberikan cengiran termanisnya sambil bilang "Iya ma, nanti Kira bilang - bilang mama.". Gak jadi melow deh mamahnya.

Ah..tapi tetap saja, seketika aku merasa tugas sebagai orang tua menjadi lebih berat.

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Tentang Jeruk Bali dan Manfaatnya

 Assalamualaikum. Beberapa waktu yang lalu, ayahnya Una & Kira menemani ibu mertua mudik ke kampung halamannya di Paron, Ngawi. Ibu mertua selama ini tinggal bersama kakak ipar di Jakarta. Sesekali, beliau pulang ke Ngawi untuk menengok rumah satu - satunya, dan saudara – saudara jauh yang ada disana. Tapi untuk mudik kali ini, bukan mudik seperti biasanya, melainkan untuk urusan jual beli rumah. Dengan demikian, bisa dibilang ini mudik terakhir ke Ngawi, mengingat tak ada banyak alasan bagi keluarga suami untuk berkunjung ke Ngawi lagi, selain hanya untuk bernostalgia saja. Biasanya kalau sudah pulang kampung begitu pasti banyaaak sekali oleh – oleh yang dibawa ibu mertua. Mulai dari sambel kacang   homemade yang super endes, kripik tempe, serta krupuk beras untuk teman makan pecel. Kadang, bawang merah, bawang putih, sayur mayur, jeruk - jerukan dan lombok – lombokan juga seringkali turut diboyong serta dalam rombongan oleh – oleh yang dibawa ibu, “Di Paron tu kayak ...

Jadi Ibu Bahagia, Hadirkan Masakan Penuh Cinta Bersama KRAFT Quick Melt

  Tak terasa ya, sudah hampir 3 bulan ini anak - anak aktif bersekolah lagi, seperti sebelum pandemi. Bagaimana bu? Apakah setiap pagimu selalu berseri - seri dalam menyambut hari. Ataukah bertanduk dan berubah wujud menjadi reog, macan hingga barongsai? Nah, ketika menyimak grup obrolan ibu - ibu. Ternyata banyak juga ya, yang mengalami culture shock di era back to normal school ini. Jangankan yang rumahnya jauh dari sekolah. Yang dekatpun, keluhannya tak jauh beda. Ibu - ibu ini, setiap paginya seperti berkejaran dengan kereta api. Nggak pernah absen mengomel dan menyanyi dengan nada tinggi. Berulang kali meminta anak - anak mereka untuk mandi, makan dan menyiapkan diri. Sambil sesekali melirik jam dinding yang terus berdetak tanpa henti. Aktivitas mengomel dan menyanyi ini biasanya juga dibarengi dengan adegan jungkir balik menyiapkan sarapan, menyiapkan bekal. Atau sambil bersiap - siap kerja, bagi ibu yang bekerja. Baru pagi hari, tapi rasanya sudah ngos - ngosan kehabisan ene...

Insto Dry Eyes, Solusi Seketika Untuk Gejala Mata Kering Saat Mengemudi Mobil

Gejala mata kering bisa datang tiba – tiba dan mengganggu aktivitas kita. Entah itu saat sedang asyik membaca, marathon nonton drama Korea, atau mengemudi di jalan raya. Jangan dibiarkan saja, Untuk gejala mata kering, Insto Dry Eyes solusinya. Setiap kali memperhatikan suami tatkala ia sedang mengemudi, saya selalu berpikir bahwa mengemudi mobil itu hal yang mudah. Hanya menggoyang setir, mengganti gigi, menginjak pedal gas dan pedal rem saja kan? Apa sih sulitnya? Tapi secara praktik, mengemudi mobil itu ternyata tak semudah yang dibayangkan. Karena ada entitas tak berwujud lain yang mesti diperhitungkan. Seperti feeling , respon berpikir, fokus dan konsentrasi.  Mengemudi mobil juga butuh mental yang berani, serta koordinasi yang apik antara mata, tangan dan kaki. Apalagi untuk mengemudi di jalan raya. Lengah sedikit tak hanya dapat membahayakan diri sendiri saja, namun juga bisa mencelakakan pengguna jalan lainnya. Hal yang paling krusial saat mengemudi...