Skip to main content

Apakah Saya Seorang Blogger (2)?



“Kau tak pernah terpikir untuk kerja lagikah dek? Tante rasa sayang kau punya gelar sarjana itu.”
Kata seorang tetangga yang sudah kuanggap seperti mama tuaku sendiri. Sedikit terkejut, namun aku tak marah atau tersinggung. Justru sebaliknya menurutku itu adalah salah satu bentuk perhatiannya kepadaku.

Sudah lama pertanyaan semacam ini tak lagi mampir di telingaku. Jadi cukup surprise ketika pertanyaan ini datang kembali di saat aku sudah merasa nyaman dengan profesiku sebagai IRT ini. Itu artinya ada harapan yang tersimpan untukku untuk menjadi lebih maju. Ada yang tak ingin melihatku hanya terkungkung dalam kesibukan IRT yang bagi sebagian orang terlihat membosankan.

Akupun selalu memikirkan hal itu. Bahkan sejak hari pertama mengundurkan diri dari pekerjaanku sebagai seorang engineer dulu. Dalam hati aku ingin membuktikan bahwa menjadi seorang IRT bukan berarti membuat kita berhenti berkarya.

Mulanya aku berusaha menjadi pedagang. Berhubung aku suka memasak, jadi aku berdagang makanan. Namun tak bertahan lama karena usaha dalam bidang makanan itu benar – benar menguras fisik. Aku sering kelelahan, vertigo, masuk angin, sehingga membuat urusan keluarga jadi sedikit terbengkalai. Apalagi ditambah dengan anak – anak yang masih bayi dan balita. 

Sepertinya berbisnis makanan belum bisa kulakukan saat ini. Sehingga dengan penuh kesadaran akhirnya mimpi menjadi mompreneur kusimpan dulu untuk dibuka lagi di lain waktu.

Namun aku merasakan sedikit kekosongan dalam hati. Rasanya ada yang salah ketika aku hanya menghabiskan energi untuk mengurus keluargaku saja. Aku merasa tak adil pada diriku sendiri, karena sepertinya aku bisa menjadi lebih dari hanya sekedar menjadi seorang IRT.

Hingga akhirnya aku teringat dengan blog lamaku yang mulai kusam tak terawat.

Ah iya, menulis.

Dulu aku suka menulis. Menulis cerpen, pantun, puisi. Passion terpendam yang sempat mati suri setelah aku tak lagi patah hati. Setelah bertemu dengan sang pengeran hati, entah kenapa jiwa pujanggaku perlahan menghilang.

Sesekali blog itu kutengok. Jika ingat, kutulis disana tentang lini waktu yang pernah kulewati. Tapi aku selalu singgah sebentar saja.

Di lain waktu aku menulis resep - resep masakan hasil kreasiku. Tapi blog itu terlupakan lagi ketika keinginanku untuk berbisnis kembali datang menggebu - gebu.

Aku mencoba berbisnis lagi dan berakhir lagi seperti yang sudah - sudah dengan permasalahan yang sama. Selalu begitu. Ah, sepertinya semesta tak mendukungku untuk berlari di jalan itu.

Hingga akhirnya aku teringat lagi dengan blogku. Hasrat menulis sepertinya memang selalu memanggilku. Tapi kali ini aku benar - benar ingin menulis saja.

Lama menulis membuatku kebingungan. Harus menulis apa dan memulai dari mana. Hingga akhirnya jemari ini mengetikkan kata – kata “lomba menulis” pada laman pencari.

Ah iya, lomba menulis.

Mungkin saja lomba menulis bisa menjadi pembuka jalan bagiku untuk mulai menulis lagi. Dan memang benar seperti itu yang akhirnya terjadi. Aku jadi ketagihan ikut berbagai macam lomba menulis. Rasanya ada kepuasan tersendiri ketika aku berhasil menyelesaikan satu artikel. Terlebih ketika artikelku itu mendapat apresiasi.

Sepanjang tahun 2018 lalu, aku tak pernah sebahagia itu. Bisa melakukan hal yang kusuka, tetap dekat dan selalu ada untuk keluarga, namun juga beroleh penghasilan. Walau tak sebanyak gaji pegawai kantoran, tapi aku lebih bahagia.

Menulis membuat hidupku jadi lebih hidup. Ternyata aku suka menulis, jatuh cinta lagi dengan menulis dan  ingin terus menulis.

Di tahun 2019 ini ada sedikit harapan yang terselip. Tak muluk – muluk, aku ingin bisa lebih percaya diri mengatakan pada orang – orang bahwa aku adalah seorang blogger. Itu sebabnya pada akhir Desember 2018 lalu akhirnya kuputuskan untuk membeli domain agar blogku terlihat lebih professional.

Pada akhirnya aku tak ingin hanya menjadi seorang blogger. Content writer? Penerjemah novel mungkin? Apapun, asalkan itu menulis aku mau mencobanya.

Semoga Allah mengijinkan ^^.





Comments

  1. Wah, perjuangan yang luar biasa Mba... Selalu semangat untuk berkarya ya! Selalu ada jalan kalau kita memang cinta dengan apa yang kita kerjakan :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cerita Tentang Jeruk Bali dan Manfaatnya

 Assalamualaikum. Beberapa waktu yang lalu, ayahnya Una & Kira menemani ibu mertua mudik ke kampung halamannya di Paron, Ngawi. Ibu mertua selama ini tinggal bersama kakak ipar di Jakarta. Sesekali, beliau pulang ke Ngawi untuk menengok rumah satu - satunya, dan saudara – saudara jauh yang ada disana. Tapi untuk mudik kali ini, bukan mudik seperti biasanya, melainkan untuk urusan jual beli rumah. Dengan demikian, bisa dibilang ini mudik terakhir ke Ngawi, mengingat tak ada banyak alasan bagi keluarga suami untuk berkunjung ke Ngawi lagi, selain hanya untuk bernostalgia saja. Biasanya kalau sudah pulang kampung begitu pasti banyaaak sekali oleh – oleh yang dibawa ibu mertua. Mulai dari sambel kacang   homemade yang super endes, kripik tempe, serta krupuk beras untuk teman makan pecel. Kadang, bawang merah, bawang putih, sayur mayur, jeruk - jerukan dan lombok – lombokan juga seringkali turut diboyong serta dalam rombongan oleh – oleh yang dibawa ibu, “Di Paron tu kayak ...

Jadi Ibu Bahagia, Hadirkan Masakan Penuh Cinta Bersama KRAFT Quick Melt

  Tak terasa ya, sudah hampir 3 bulan ini anak - anak aktif bersekolah lagi, seperti sebelum pandemi. Bagaimana bu? Apakah setiap pagimu selalu berseri - seri dalam menyambut hari. Ataukah bertanduk dan berubah wujud menjadi reog, macan hingga barongsai? Nah, ketika menyimak grup obrolan ibu - ibu. Ternyata banyak juga ya, yang mengalami culture shock di era back to normal school ini. Jangankan yang rumahnya jauh dari sekolah. Yang dekatpun, keluhannya tak jauh beda. Ibu - ibu ini, setiap paginya seperti berkejaran dengan kereta api. Nggak pernah absen mengomel dan menyanyi dengan nada tinggi. Berulang kali meminta anak - anak mereka untuk mandi, makan dan menyiapkan diri. Sambil sesekali melirik jam dinding yang terus berdetak tanpa henti. Aktivitas mengomel dan menyanyi ini biasanya juga dibarengi dengan adegan jungkir balik menyiapkan sarapan, menyiapkan bekal. Atau sambil bersiap - siap kerja, bagi ibu yang bekerja. Baru pagi hari, tapi rasanya sudah ngos - ngosan kehabisan ene...

Insto Dry Eyes, Solusi Seketika Untuk Gejala Mata Kering Saat Mengemudi Mobil

Gejala mata kering bisa datang tiba – tiba dan mengganggu aktivitas kita. Entah itu saat sedang asyik membaca, marathon nonton drama Korea, atau mengemudi di jalan raya. Jangan dibiarkan saja, Untuk gejala mata kering, Insto Dry Eyes solusinya. Setiap kali memperhatikan suami tatkala ia sedang mengemudi, saya selalu berpikir bahwa mengemudi mobil itu hal yang mudah. Hanya menggoyang setir, mengganti gigi, menginjak pedal gas dan pedal rem saja kan? Apa sih sulitnya? Tapi secara praktik, mengemudi mobil itu ternyata tak semudah yang dibayangkan. Karena ada entitas tak berwujud lain yang mesti diperhitungkan. Seperti feeling , respon berpikir, fokus dan konsentrasi.  Mengemudi mobil juga butuh mental yang berani, serta koordinasi yang apik antara mata, tangan dan kaki. Apalagi untuk mengemudi di jalan raya. Lengah sedikit tak hanya dapat membahayakan diri sendiri saja, namun juga bisa mencelakakan pengguna jalan lainnya. Hal yang paling krusial saat mengemudi...